Sunday, March 6, 2022

Makalah Karakteristik Siswa Meliputi Motivasi, Minat, Semangat, Dan Hasil Belajar Sangat Mempengaruhi Penampilan Dan Efektivitas Guru Saat Pembelajaran Di Kelas

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

1.1    Latar Belakang

Pengertian Karakteristik Peserta Didik, Apa itu karakteristik peserta didik? Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakteristik peserta didik dapat diartikan keseluruhan pola kelakukan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan aktivitasnya dalam mencapai cita-cita atau tujuannya.

Informasi terkait karakteristik peserta didik sangat diperlukan untuk kepentingan-kepentingan dalam perancangan pembelajaran.Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ardhana dalam Asri Budiningsih (2017: 11) karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel dalam desain pembelajaran yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran dan ciri-ciri jasmani serta emosional siswa yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.

Istilah karakteristik di tengah masyarakat terlebih lagi di dunia pendidikan tidak asing lagi. Karakteristik berasal kata karakter yang berarti ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Terkait dengan peserta didik, karakteristik dapat diartikan sebagai keseluruhan pola perilaku atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan pengaruh lingkungan. Hal ini akan menentukan aktivitasnya dalam mencapai cita-cita atau tujuannya.

Memahami karakteristik individu atau peserta didik mutlak dibutuhkan untuk merancang pembelajaran yang tepat dan efektif sesuai dengan karakteristik peserta didik. Menurut Ardhana dalam Asri Budiningsih (2017: 11), karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel dalam mendesain pembelajaran yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik, termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran dan ciri-ciri jasmani serta emosi peserta didik yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.

Proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat bergantung pada pemahaman pendidik tentang karakteristik yang dimiliki peserta didik. Dengan memahami karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi aktivitas yang perlu dilakukan, hasil belajar yang akan dicapai, dan penerapan asesmen yang tepat untuk peserta didik.

 

1.2    Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat kita paparkan beberapa rumusan masalah yang yang akan kita bahas pada makalah ini antara lain sebagai berikut:

1.         Bagaimanakah sudut pandang bapak/ibu terhadap karakteristik siswa meliputi motivasi, minat, semangat, dan hasil belajar sangat mempengaruhi penampilan dan efektivitas guru saat pembelajaran di kelas?

2.         Bagaimanakah deskripsi bapak/ibu terhadap motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik Menurut Galloway, 1976 dengan memberi penguatan (reinforcement) maka motivasi yang mula mula bersifat ekstrinsik lambat laun diharapkan akan berubah menjadi motivasi intrinsik?

3.         Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang ciri kegiatan belajar mengajar yang masing masing memiliki tugas yang saling mendukung?

 

1.3    Tujuan

Dari rumusan masalah diatas dapat kita mengupas tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain:

1.         Penulis dapat memaparkan sudut pandang penulis terhadap karakteristik siswa meliputi motivasi, minat, semangat, dan hasil belajar sangat mempengaruhi penampilan dan efektivitas guru saat pembelajaran di kelas.

2.         Penulis dapat mendeskripsikan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik Menurut Galloway, 1976 dengan memberi penguatan (reinforcement) maka motivasi yang mula mula bersifat ekstrinsik lambat laun diharapkan akan berubah menjadi motivasi intrinsik.

3.         Dapat memaparkan tentang ciri kegiatan belajar mengajar yang masing-masing memiliki tugas yang saling mendukung.

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1   Karakteristik Siswa Meliputi Motivasi, Minat, Semangat, Dan Hasil Belajar Yang Mempengaruhi Penampilan Guru Dan Efektivitas Saat Pembelajaran Di Kelas

Karakteristik siswa meliputi motivasi, minat, semangat, dan hasil belajar sangat mempengaruhi penampilan dan efektivitas guru saat pembelajaran di kelas. Sebagaimana kita ketahui bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang membuat seseorang memiliki kemauan yang besar untuk melakukan sesuatu. Motivasi menurut Sujonno adalah suatu kekuatan penggerak dalam perilaku individu baik yang akan menentukan arah maupun  tujuan dari hidupnya. Sementara menurut, Frederick motivasi adalah perubahan energi pada diri sesorang yang ditandai dengan perasaan dan juga reaksi untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi dapat lahir dari dirinya sendiri maupun dari lingkungan eksternal dirinya. Baik dari dalam maupun dari luar motivasi mampu membuat seseorang yang tidak mampu mengerjakan sesuatu hal menjadi dapat melakukannya. Motivasi ini sangat penting ada pada diri sesorang karena apabila sesorang memiliki motivasi pastilah ia menjadi bersemangat dalam melakukan pekerjaan yang hendak ia selesaikan. Hal demikian terjadi pada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila siswa tersebut tidak memiliki pengetahuan intelegensi yang tinggi tapi ia mempunyai kemuan yang keras, maka ia tidak begitu kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Setiap siswa yang kita temui di kelas ada yang memiliki motivasi yang tinggi dan ada pula yang memiliki motivasi yang rendah, dalam hal ini peranan guru sangat penting untuk meningkatkan semangat belajar siswa tersebut. Dalam kaitannya dengan motivasi ini, penampilan guru sangat mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus menciptakan penampilan yang membuat siswa tertarik untuk mengikuti pembelajarannya, disini guru sebagai motivator eksternal siswa. Penampilan guru di sini meliputi banyak aspek, mulai dari cara berpakain, metode pembelajaran yang digunakan, teknik dan strategi yang semenarik mungkin hingga siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Dyimyanti minat adalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaru perhatian pada orang, situasi, atau aktivitas tertentu dan bukan pada yang lain. Sementara menurut Selamet Diharjo minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Dan menurut Thijan minat adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang. Dari pengertian tersebut maka dapat kita ketahui bahwa minat amat sangat berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, karena sebagaimana kita ketahui bahwa minat merupakan kecenderuang yang tinggi terhadap sesuatu. Jadi agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik maka, kita harus meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran yang hendak akan diajarkan kepada siswa. Sebab di lapangan banyak sekali ditemui siswa-siswa yang memiliki minat yang rendah terhadap suatu mata pelajaran khususnya mata pelajaran eksak, seperti fisika, biologi, kimia dan matematika yang sering dilewatkan siswa ketika belajar, dengan berbagai alas an. Namun, alasan terbesar mereka menghindari pelajaran tersebut karena pelajaran tersebut sulit untuk mereka pahami, ditambah lagi rumus-rumus yang banyak dan membosankan.

Sementara semangat dan hasil belajar pun mempengaruhi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Jika siswa memiliki semangat yang kuat maka hasil belajar mereka pun akan baik. Sebaliknya jika semangat belajar mereka rendah maka hasil belajar mereka pun akan menurun.

Dari penjelasan di atas jika karakteristik siswa yang meliputi sikap, motivasi, minat, semangat, dan hasil belajar rendah dikarnakan materi yang diberikan sulit untuk mereka pahami, maka penampilan guru dan efektivitasnya dalam mengajar akan:

Dalam hal ini guru menanggapinya dengan positif.

Contoh penampilan guru dan efektivitasnya dalam mengajar berdasarkan faktor tersebut:

1.         Guru tetap memperlakuan siswa di kelasnya tersebut sebagai individu yang memiliki potensi. Dan berusaha mengembangkan potensi tersebut dengan membuat proses pembelajaran yang dilakukan semenarik mungkin sehingga siswa terkesan dan dapat meningkatkan potensi mereka tersebut.

2.         Guru tetap bersikap positif dan wajar terhadap siswa. Sebab siswa yang dihadapi sedang mengalami masa- masa transisi yang menyebabkan mereka mudah bosan ketika hendak mengerjakan sesuatu.

3.         Dalam proses pembelajaran perlakuan terhadap siswa hangat, rendah hati, ramah, dan menyenangkan.

4.         Guru menjadi empati melihat siswa yang memiliki semangat yang rendah tersebut sehingga berupaya membuat siswa merasa nyaman dalam mengikuti pelajarannya.

5.         Guru tetap memperlakukan siswa secara permissive.

6.         Guru menjadi peka terhadap perasaan yang dinyatakan siswa dan membantu menyadari perasaannya.

7.         Guru dalam hal ini berusaha menyesuaikan diri terhadap keadaan yang khusus tersebut.

8.         Sementara untuk efektivitas pembelajarannya, memang kurang efektif sebab perhatian murid tidak terfokus pada pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Untuk itu guru tersebut harus berusaha meningkatkan efektivitas dalam proses pembelajarannya, dengan cara mencari solusi dalam hal peningkatan sikap, motivasi, minat dan semangat belajar siswa.

Dalam hal ini guru menanggapinya dengan negatif.

Contoh penampilan guru dan efektivitasnya dalam mengajar berdasarkan faktor tersebut:

1.         Guru dalam hal ini tidak dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan yang khusus tersebut. Guru tetap mengajar seperti biasanya meski siswa-siwanya tidak bersemangat mengikuti pembelajannya. Dia tetap mengajar tanpa memperhatikan apakah pelajaran yang ia sampaikan dimengerti atau tidak oleh siswa.

2.         Guru menjadi tidak peka terhadap perasaan yang dinyatakan siswa dan tidak mampu membantu menyadari perasaannya.

3.         Guru menjadi malas mengisi jam pelajarannya dan sering terlambat masuk kelas.

4.         Guru tidak memperlakukan siswa secara permissive.

5.         Guru menjadi tidak empati melihat siswa yang memiliki semangat yang rendah tersebut.

6.         Dalam proses pembelajaran perlakuan terhadap siswa tidak hangat dan kurang ramah.

7.         Sementara untuk efektivitas pembelajarannya, memang kurang efektif sebab perhatian murid tidak terfokus pada pelajaran yang diberikan oleh gurunya dan gurunya pun kurang memperhatikan muridnya.

Dari penjelasan di atas jika karakteristik siswa yang meliputi sikap, motivasi, minat, semangat, dan hasil belajar tinggi dikarnakan materi yang diberikan dapat dipahami, maka penampilan guru dan efektivitasnya dalam mengajar akan:

Dalam hal ini guru menanggapinya dengan positif.

Contoh penampilan guru dan efektivitasnya dalam mengajar berdasarkan faktor tersebut:

1.         Dalam proses pembelajaran perlakuan terhadap siswa hangat, rendah hati, ramah, dan menyenangkan.

2.         Guru menjadi empati melihat siswa yang memiliki semangat yang tinggi tersebut sehingga berupaya membuat siswa merasa nyaman dalam mengikuti pelajarannya.

3.         Guru dalam hal ini dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan yang khusus tersebut.

4.         Sementara untuk efektivitas pembelajarannya tinggi sebab perhatian murid terfokus pada pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

 


 

2.2   Motivasi Intrinsik Dan Motivasi Ekstrinsik

Motivasi tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang, secara umum dengan jalan sebagai berikut:

1.         Datang dalam diri individu itu sendiri atau disebut Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik),

2.         Datang dari lingkungan atau sisebut Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik).

 

2.2.1   Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar.

Biasanya kegiatan belajar disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel mengatakan bahwa: “Motivasi Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar”. Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ialah belajar.

2.2.2   Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)

Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. Winkel mengatakan “Motivasi Ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri”.

Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang peran dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain.

Berdasarkan uraian di atas maka motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain:

1.         Belajar demi memenuhi kewajiban.

2.         Belajar dmei menghindari hukuman.

3.         Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan.

4.         Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.

5.         Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru dan orang tua).

6.         Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.

Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut Abin Syamsudin Makmun (2001:75) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1.         Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam:

a.    Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat..

b.    Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif darurat (wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.

 

2.         Motif sekunder (secondary motive), menunjukkan pada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:

a.    Takut yang dipelajari (learned fear),

b.    Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),

c.    Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat),

d.    Maksud (purpose) dan aspirasi,

e.    Motif berprestasi (achievement motive). 

Menurut WS. Winkel (1983:27) motivasi belajar siswa merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah gairah atau semangat belajar, sehingga seorang siswa yang bermotivasi kuat, dia akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, siswa yang mempunyai motivasi kuat, dia akan mempunyai semangat dan gairah belajar yang tinggi, dan pada gilirannya akan dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Seorang siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita, dan kekuatan mental tersebut, dapat tergolong rendah dan tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Dalam motivasi tergantung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku belajar. Setidaknya ada dua komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Siswa yang termotivasi, ia akan membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan dan akan mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh tenaga di dalam dirinya. Dengan kata lain, motivasi memimpin dirinya ke arah reaksi-reaksi mencapai tujuan, misalnya untuk dapat dihargai dan diakui oleh orang lain.

Faktor yang berasal dari luar individu yang berpengaruh terhadap seorang siswa dalam belajar, di antaranya adalah pengaruh dari orang tua. Orang tua, merupakan orang yang pertama kali mendidik anaknya sebelum anak tersebut mendapat pendidikan dari orang lain. Demikian juga dengan hal pemenuhan kebutuhan rohani (intrinsik) dan jasmani (ekstrinsik) bagi seorang anak, maka orang tualah yang bertanggungjawab pertama kali.

Di dalam mendidik dan memenuhi kebutuhan anaknya, maka diperlukan perhatian dari orang tua. Peran utama bagi orang tua dalam lingkungan keluarga, yang terpenting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak, sebab pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.

Sedangkan bagi seorang anak, ketika melakukan proses belajar ada dua faktor yang menjadi tenaga penggeraknya, yaitu motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang berasal dari luar diri dan motivasi instrinsik yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Seorang anak yang belajar dengan motivasi yang rendah atau bahkan tidak mempunyai motivasi, akan susah untuk diajak berprestasi, anak merasa cepat puas dengan hasil yang diperoleh, apatis, tidak kreatif dan tidak fokus.

Dalam kondisi seperti ini, peran orang tua sebagai motivator dituntut untuk mampu membangkitkan motivasi belajar anaknya sehingga segala potensi yang dimiliki anak terekspresikan dalam bentuk perilaku-perilaku belajarnya. Usaha orang tua untuk membantu membangun motivasi belajar pada diri anak-anaknya, bukanlah usaha yang mudah karena motivasi belajar ini sebenarnya harus sudah mulai ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dari kecil. Dengan demikian, anak diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya belajar untuk dirinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perhatian yang diberikan orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Pengaruh tersebut, tergantung pada seberapa besar perhatian yang diberikan orang tua kepada anaknya. Bila perhatian yang diberikan oleh orang tua besar, maka akan mendorong munculnya motivasi belajar dalam diri anaknya, demikian pula sebaliknya. Di mana pada akhirnya, prestasi belajar anak di sekolah yang mendapat perhatian dari orang tua lebih baik dibandingkan dengan prestasi anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Dengan demikian, dapat diduga adanya pengaruh yang signifikan dari perhatian orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

 

2.3   Ciri Kegiatan Belajar Mengajar Yang Masing Masing Memiliki Tugas Yang Saling Mendukung

Kegiatan belajar mengajar yang merupakan perpaduan kegiatab siswa yang melakuakan kegiatan belajar serta guru yang melakukan kegiatan pengajaran. Keterpaduan dua aktivitas yang dilakukan guru dan murid pada waktu yang bersamaan tentunya memiliki ciri-ciri tersendiri. 

2.3.1   Ciri Ciri Kegiatan Belajar Mengajar

Adapun cirri-ciri belajar mengajar sebagai berikut:

1.         Balajar mengajar memilki tujuan

Adapun yang dilakukan manusia semuanya memiliki tujuan. Begitu juga dengan kegiatan belajar mengajar adalah membentuk dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat siswa pada tarap yang optimal sesuai dengan tingkat usia dan tingkat perkembangan siswa.

Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian dalam setting pembelajaran, tujuan merupakan pengikat segala aktifitas guru dan siswa. Oleh sebab itu, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang sebuah program pembelajaran.

Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran:

a.         Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembeljaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan itu merupakan indicator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

b.        Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan itu, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus di lakukan untuk mambantu siswa belajar.

c.         Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain system pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas  dapat membantu guru dalam menentukan materi yang pelajaran, metode, atau strategi pembelajaran, alat, media, dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa.

d.        Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru bisa mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikuluum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.   


 

2.         Ada Suatu Prosedur

Dalam kegiatan belajar mengajar perlu ditempuh prosedur atau langkah-langkah yang telah direncanakan dan didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan. Prosedur tersebut disusun secara sistematik langkah-langkah demi langkah yang relevan dengan tujuan.

3.         Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan penggarapan materi yang khusus. Dalam kegiatan belajar mengajar perlu ditetapkan meteri khusus/ materi pokok/ materi standar yang dibahawa dalam setiap kali pertemuan tatap muka. Materi harus dipersiapkan dan didesain sedemikian rupa agar mudah dapat dicapai penguasaan materi secara tuntas dalm kegiatan mengajar oleh siswa sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.

4.         Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan pengalaman belajar kepada siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar siswa harus mengalami sendiri kegiatan belajar mengajar atau pemberian pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan serangkaian kegiatan yang harus diperbuat dan dikerjakan oleh siswa secara berurtan untuk mencapai indicator pembelajaran dan kompetensi dasar. Pemberian pengalaman belajar siswa harus memperhatikan urutan dan langkah-langkah pembelajaran. Untuk materi pembelajaran yang memerlukan prasarat tertentu serta pendekatan dan penyajian secara spiral (mudah kesukar, konkret ke abstrak srta dekat ke jauh.

5.         Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan pengambangan kecakapan hidup siswa.

Seiring dengan pmberian pengalaman belajar kapada siswa, tak kalah pentingnya dalam pembelajaran berbasis kompetensi pada tingkat satuan pendidikan adalah pemberian kecakapan hidup (life skill) kepada siswa. Life skill merupakan pemberian keterampilan-keterampilan kepada siswa untuk dapat menjalankan kehidupan baik sebagai makhluk individu, makhluk social maupun sebagai makhluk tuhan.

Seiring dengan fitrahhnya, manusia terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan ruh. Ketiga dimensi dalam diri manusia harus dipelihara agar seimbang (tawazzun). Jika diri manusia hanya dipelihara fisiknya saja, sementara akal dan ruh tidak diperhatikan, maka manusia yang demikian hanya akan kuat fisik atau jasad, tai memiliki hati yang kering dan gersang.sehingga hidupnya hampa dan tidak tentram. Begitu juga halnya jiika manusia yang diasah hanya akalnya saja, sedangkan fisik dan ruhaninya tidak dijaga, maka manusia itu ibarat orang yang memiliki pengetahuan, tapi jasadnya sakit-sakitan, hatipen tidak tentram dan rohaninya tumpul. Demikian pula jika manusia hanya diberi santapan rohani, sedangkan fiiknya lemah, makanya tidak dijaga,, dan akalnya tidak diisi dengan ilmu yang bermanfaat, maka kehidupannya akan menjadi timpang.

6.         Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.

Dalam kegiatan belajar mengajar peranan guru sebagai pembimbing adalah membuat suasana belajar mengajar menjadi hidup penuh dangan interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya, serta memberikan motivasi. Guru berperan hanya sebagai mediator dengan sumber belajar lainnya baik manusia seperti nara sumber, maupun non manusia  seperti : buku perpustakaan, laboratorium, lingkungan, televisi, internet dan sebagainya. Dan guru lebih berperan sebagai perancang kegiatan belajar mengajar dengan aktivitas dan pengalaman belajar dilakukan sebesar-besarnya oleh siswa.

7.         Ada batas waktu

Kegiatan belajar ada batas waktunya berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut dibataswi dalam bentuk seiap kali pertemuan yang setarap 2 jam pelajaran @ 45 menit. Jangka waktu per catur wulan atau per semester, per tahun atau per jejang pendidikan 6 tahun atau 3 tahun.

8.         Evaluasi

Evaluasi penting dilakukan untuk menilai keberhasilan belajar yang dicapai oleh siswa serta semkaligus keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh guru, serta untuk mengetahui apakah tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum tercapai. Evaluasi memiliki kegunaan sebagai umpan balik untuk perbaikan proses belajar mengajar  berikutnya maupun di masa yang akan dating baik bagi guru dalam melakukan pengelolaan belajar mengajar maupun bagi siswa dalam melakukan kegiatan.

Dalam arti luas,evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan ( mehrens dan lehmens,1978 : 5 ).[7]

Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran Normane Gronlund. (1976) merumuskan evalusi sebagai berikut: evaluasi adalahsuatu proses yang sistematik untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa .

2.3.2   Fungsi Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar

Secara lebih rinci,fungsi evekuasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokan menjadi 4 fungsi :

1.         Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang di peroleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi normative) dan atau untuk mengisi rapor/surat tanda tamat belajar yang berarti pula untuk menentukan kenaikan kelas/lulus tidaknya seseorang dari suatu lembaga pendidikan tertentu.

2.         Untuk mengetahui tingkat keberhawilan program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu system terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Komponen-komponen dimaksud antara lain adalah tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta alat evaluasi.

3.         Untuk keperluan bimbingan dan konseling (bk). Hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya, dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelajaran bimbingan konseling oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya seperti antara lain:

a)      Untuk membuat diagnosis mengenai kelemahan – kelemahan dan kekuatan atau kemampuan siswa.

b)      Untuk mengetahui dalam hal apa seseorang atau kelompok siswa memerlukan pelayanan remedial.

c)      Sebagai dasar dalam menangani kasus-kasus tertentu diantara siswa.

d)      Sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka bimbingan karier.

4.         Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Seperti telah dikemukakan dimuka, hamper setiap saat guru melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa dan menilai program pengajaran yang berarti pula menilai isi atau materi pelajaran yang terdapat didalam kurikulum.

 


 

BAB III

PENUTUP

 

 

3.1    Kesimpulan

Menurut Dyimyanti minat adalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaru perhatian pada orang, situasi, atau aktivitas tertentu dan bukan pada yang lain. Sementara menurut Selamet Diharjo minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Dan menurut Thijan minat adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang.

Dalam kaitannya dengan motivasi ini, penampilan guru sangat mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus menciptakan penampilan yang membuat siswa tertarik untuk mengikuti pembelajarannya, disini guru sebagai motivator eksternal siswa

Secara umum tumbuh dan berkembangnya motivasi dalam diri seseorang dengan jalan sebagai berikut:

1.         Datang dalam diri individu itu sendiri atau disebut Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik),

2.         Datang dari lingkungan atau sisebut Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik).

Belajar adalah usaha aktif dari seseorang yang dilakukan secara sadar untuk mengubah perilakunya sendiri. Belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan kemampuan agardapat menggantikan perilaku yang buruk menjadi baik. Mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Ciri – ciri belajar mengajar

1.         Belajar mengajar memiliki tujuan

2.         Ada suatu prosedur

3.         Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan penggarapan materi yang khusus

4.         Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan pemberian pengalaman belajar kepada siswa

5.         Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan pengambangan kecakapan hidup siswa

6.         Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing

7.         Ada batas waktu

8.         Evaluasi

 

3.2     Saran

Tidak hanya tenaga pendidik, motivasi juga penting bagi peserta didik agar peserta didik dan tenaga pendidik mampu mencapai tujuan dari belajar dan pembelajaran dengan baik.


untuk mendapatkan file MS WORD silahkan klik DISINI

0 comments:

Post a Comment