BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengertian Karakteristik Peserta Didik,
Apa itu karakteristik peserta didik? Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti
ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang yang sifatnya
relatif tetap. Karakteristik peserta didik dapat diartikan keseluruhan pola
kelakukan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari
pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan aktivitasnya dalam mencapai
cita-cita atau tujuannya.
Informasi terkait karakteristik peserta
didik sangat diperlukan untuk kepentingan-kepentingan dalam perancangan
pembelajaran.Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ardhana dalam Asri
Budiningsih (2017: 11) karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel
dalam desain pembelajaran yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang
pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik termasuk aspek-aspek lain yang ada
pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran dan
ciri-ciri jasmani serta emosional siswa yang memberikan dampak terhadap
keefektifan belajar.
Istilah karakteristik di tengah masyarakat
terlebih lagi di dunia pendidikan tidak asing lagi. Karakteristik berasal kata
karakter yang berarti ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh
seseorang yang sifatnya relatif tetap. Terkait dengan peserta didik,
karakteristik dapat diartikan sebagai keseluruhan pola perilaku atau kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan pengaruh
lingkungan. Hal ini akan menentukan aktivitasnya dalam mencapai cita-cita
atau tujuannya.
Memahami karakteristik individu atau
peserta didik mutlak dibutuhkan untuk merancang pembelajaran yang tepat dan
efektif sesuai dengan karakteristik peserta didik. Menurut Ardhana dalam
Asri Budiningsih (2017: 11), karakteristik peserta didik adalah salah satu
variabel dalam mendesain pembelajaran yang biasanya didefinisikan sebagai latar
belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik, termasuk aspek-aspek lain
yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap
pembelajaran dan ciri-ciri jasmani serta emosi peserta didik yang memberikan
dampak terhadap keefektifan belajar.
Proses pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif atau tidak, sangat bergantung pada pemahaman pendidik tentang
karakteristik yang dimiliki peserta didik. Dengan memahami karakteristik
peserta didik dapat mempengaruhi aktivitas yang perlu dilakukan, hasil
belajar yang akan dicapai, dan penerapan asesmen yang tepat untuk peserta
didik.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kita
paparkan beberapa rumusan masalah yang yang akan kita bahas pada makalah ini
antara lain sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah sudut pandang
bapak/ibu terhadap karakteristik siswa meliputi motivasi, minat, semangat, dan
hasil belajar sangat mempengaruhi penampilan dan efektivitas guru saat
pembelajaran di kelas?
2.
Bagaimanakah deskripsi bapak/ibu terhadap motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik Menurut Galloway, 1976 dengan memberi penguatan
(reinforcement) maka motivasi yang
mula mula bersifat ekstrinsik lambat laun diharapkan akan berubah menjadi
motivasi intrinsik?
3.
Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang ciri kegiatan belajar
mengajar yang masing masing memiliki tugas yang saling mendukung?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat kita mengupas
tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain:
1.
Penulis dapat memaparkan sudut pandang
penulis terhadap karakteristik siswa meliputi
motivasi, minat, semangat, dan hasil belajar sangat mempengaruhi penampilan dan
efektivitas guru saat pembelajaran di kelas.
2.
Penulis dapat
mendeskripsikan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik Menurut Galloway, 1976 dengan memberi penguatan
(reinforcement) maka motivasi yang
mula mula bersifat ekstrinsik lambat laun diharapkan akan berubah menjadi
motivasi intrinsik.
3.
Dapat memaparkan tentang ciri kegiatan belajar mengajar yang
masing-masing memiliki tugas yang saling mendukung.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Siswa
Meliputi Motivasi, Minat, Semangat, Dan Hasil Belajar Yang Mempengaruhi
Penampilan Guru Dan Efektivitas Saat Pembelajaran Di Kelas
Karakteristik siswa meliputi motivasi,
minat, semangat, dan hasil belajar sangat mempengaruhi penampilan dan
efektivitas guru saat pembelajaran di kelas. Sebagaimana kita ketahui bahwa
motivasi adalah suatu dorongan yang membuat seseorang memiliki kemauan yang
besar untuk melakukan sesuatu. Motivasi menurut Sujonno adalah suatu kekuatan
penggerak dalam perilaku individu baik yang akan menentukan arah maupun
tujuan dari hidupnya. Sementara menurut, Frederick motivasi adalah perubahan
energi pada diri sesorang yang ditandai dengan perasaan dan juga reaksi untuk
mencapai suatu tujuan. Motivasi dapat lahir dari dirinya sendiri maupun dari
lingkungan eksternal dirinya. Baik dari dalam maupun dari luar motivasi mampu
membuat seseorang yang tidak mampu mengerjakan sesuatu hal menjadi dapat
melakukannya. Motivasi ini sangat penting ada pada diri sesorang karena apabila
sesorang memiliki motivasi pastilah ia menjadi bersemangat dalam melakukan
pekerjaan yang hendak ia selesaikan. Hal demikian terjadi pada siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Apabila siswa tersebut tidak memiliki
pengetahuan intelegensi yang tinggi tapi ia mempunyai kemuan yang keras, maka
ia tidak begitu kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Setiap siswa
yang kita temui di kelas ada yang memiliki motivasi yang tinggi dan ada pula
yang memiliki motivasi yang rendah, dalam hal ini peranan guru sangat penting
untuk meningkatkan semangat belajar siswa tersebut. Dalam kaitannya dengan
motivasi ini, penampilan guru sangat mempengaruhi siswa dalam proses
pembelajaran. Guru harus menciptakan penampilan yang membuat siswa tertarik
untuk mengikuti pembelajarannya, disini guru sebagai motivator eksternal siswa.
Penampilan guru di sini meliputi banyak aspek, mulai dari cara berpakain,
metode pembelajaran yang digunakan, teknik dan strategi yang semenarik mungkin
hingga siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Dyimyanti minat adalah sebagai
sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaru perhatian pada
orang, situasi, atau aktivitas tertentu dan bukan pada yang lain. Sementara
menurut Selamet Diharjo minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap
sesuatu. Dan menurut Thijan minat adalah gejala psikologis yang menunjukan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang. Dari
pengertian tersebut maka dapat kita ketahui bahwa minat amat sangat berpengaruh
pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, karena sebagaimana kita
ketahui bahwa minat merupakan kecenderuang yang tinggi terhadap sesuatu. Jadi
agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik maka, kita harus
meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran yang hendak akan diajarkan
kepada siswa. Sebab di lapangan banyak sekali ditemui siswa-siswa yang memiliki
minat yang rendah terhadap suatu mata pelajaran khususnya mata pelajaran eksak,
seperti fisika, biologi, kimia dan matematika yang sering dilewatkan siswa
ketika belajar, dengan berbagai alas an. Namun, alasan terbesar mereka
menghindari pelajaran tersebut karena pelajaran tersebut sulit untuk mereka
pahami, ditambah lagi rumus-rumus yang banyak dan membosankan.
Sementara semangat dan hasil belajar pun
mempengaruhi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Jika siswa memiliki
semangat yang kuat maka hasil belajar mereka pun akan baik. Sebaliknya jika
semangat belajar mereka rendah maka hasil belajar mereka pun akan menurun.
Dari penjelasan di atas jika karakteristik
siswa yang meliputi sikap, motivasi, minat, semangat, dan hasil belajar rendah
dikarnakan materi yang diberikan sulit untuk mereka pahami, maka penampilan
guru dan efektivitasnya dalam mengajar akan:
Dalam
hal ini guru menanggapinya dengan positif.
Contoh
penampilan guru dan efektivitasnya dalam mengajar berdasarkan faktor tersebut:
1.
Guru tetap memperlakuan siswa di kelasnya
tersebut sebagai individu yang memiliki potensi. Dan berusaha mengembangkan
potensi tersebut dengan membuat proses pembelajaran yang dilakukan semenarik
mungkin sehingga siswa terkesan dan dapat meningkatkan potensi mereka tersebut.
2.
Guru tetap bersikap positif dan wajar
terhadap siswa. Sebab siswa yang dihadapi sedang mengalami masa- masa transisi
yang menyebabkan mereka mudah bosan ketika hendak mengerjakan sesuatu.
3.
Dalam proses pembelajaran perlakuan
terhadap siswa hangat, rendah hati, ramah, dan menyenangkan.
4.
Guru menjadi empati melihat siswa yang
memiliki semangat yang rendah tersebut sehingga berupaya membuat siswa merasa
nyaman dalam mengikuti pelajarannya.
5.
Guru tetap memperlakukan siswa secara
permissive.
6.
Guru menjadi peka terhadap perasaan yang
dinyatakan siswa dan membantu menyadari perasaannya.
7.
Guru dalam hal ini berusaha menyesuaikan
diri terhadap keadaan yang khusus tersebut.
8.
Sementara untuk efektivitas
pembelajarannya, memang kurang efektif sebab perhatian murid tidak terfokus
pada pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Untuk itu guru tersebut harus
berusaha meningkatkan efektivitas dalam proses pembelajarannya, dengan cara
mencari solusi dalam hal peningkatan sikap, motivasi, minat dan semangat
belajar siswa.
Dalam
hal ini guru menanggapinya dengan negatif.
Contoh
penampilan guru dan efektivitasnya dalam mengajar berdasarkan faktor tersebut:
1.
Guru dalam hal ini tidak dapat
menyesuaikan diri terhadap keadaan yang khusus tersebut. Guru tetap mengajar
seperti biasanya meski siswa-siwanya tidak bersemangat mengikuti pembelajannya.
Dia tetap mengajar tanpa memperhatikan apakah pelajaran yang ia sampaikan dimengerti
atau tidak oleh siswa.
2.
Guru menjadi tidak peka terhadap perasaan
yang dinyatakan siswa dan tidak mampu membantu menyadari perasaannya.
3.
Guru menjadi malas mengisi jam
pelajarannya dan sering terlambat masuk kelas.
4.
Guru tidak memperlakukan siswa secara
permissive.
5.
Guru menjadi tidak empati melihat siswa
yang memiliki semangat yang rendah tersebut.
6.
Dalam proses pembelajaran perlakuan
terhadap siswa tidak hangat dan kurang ramah.
7.
Sementara untuk efektivitas
pembelajarannya, memang kurang efektif sebab perhatian murid tidak terfokus
pada pelajaran yang diberikan oleh gurunya dan gurunya pun kurang memperhatikan
muridnya.
Dari penjelasan di atas jika karakteristik
siswa yang meliputi sikap, motivasi, minat, semangat, dan hasil belajar tinggi
dikarnakan materi yang diberikan dapat dipahami, maka penampilan guru dan
efektivitasnya dalam mengajar akan:
Dalam
hal ini guru menanggapinya dengan positif.
Contoh
penampilan guru dan efektivitasnya dalam mengajar berdasarkan faktor tersebut:
1.
Dalam proses pembelajaran perlakuan
terhadap siswa hangat, rendah hati, ramah, dan menyenangkan.
2.
Guru menjadi empati melihat siswa yang
memiliki semangat yang tinggi tersebut sehingga berupaya membuat siswa
merasa nyaman dalam mengikuti pelajarannya.
3.
Guru dalam hal ini dapat menyesuaikan diri
terhadap keadaan yang khusus tersebut.
4.
Sementara untuk efektivitas
pembelajarannya tinggi sebab perhatian murid terfokus pada pelajaran yang
diberikan oleh gurunya.
2.2 Motivasi Intrinsik Dan Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi tumbuh dan berkembang dalam
diri seseorang, secara umum dengan jalan sebagai berikut:
1.
Datang dalam diri individu itu sendiri
atau disebut Motivasi Instrinsik
(Motivasi Belajar Instrinsik),
2.
Datang dari lingkungan atau sisebut Motivasi
Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik).
2.2.1 Motivasi Instrinsik
(Motivasi Belajar Instrinsik)
Jenis motivasi ini
timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan
dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri,
misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu
masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua
keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan
dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk
memenuhi kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi
dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik
atau ahli, lain belajar.
Biasanya
kegiatan belajar disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel
mengatakan bahwa: “Motivasi Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal
dari dalam diri subyek yang belajar”. Namun
terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang
peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan
antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun
kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh
dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi
ekstrinsik ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan ialah belajar.
2.2.2 Motivasi Ekstrinsik
(Motivasi Belajar Ekstrinsik)
Jenis motivasi ini
timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia
mau belajar. Winkel mengatakan “Motivasi Ekstrinsik,
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan
dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar sendiri”.
Perlu
ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah belajar, bersumber
pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat
dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui
kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada
suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang
peran dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas
dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari
luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat
dipenuhi dengan cara lain.
Berdasarkan uraian di atas
maka motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain:
1.
Belajar demi memenuhi kewajiban.
2.
Belajar dmei menghindari hukuman.
3.
Belajar demi memperoleh hadiah materi
yang dijanjikan.
4.
Belajar demi meningkatkan gengsi
sosial.
5.
Belajar demi memperoleh pujian dari
orang yang penting (guru dan orang tua).
6.
Belajar demi tuntutan jabatan yang
ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan
administrasi.
Berdasarkan sumber dan proses
perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut Abin Syamsudin
Makmun (2001:75) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.
Motif primer (primery motive) atau motif
dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini
sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun
dibedakan lagi ke dalam:
a. Dorongan
fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic
need) yang mencakup antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan
istirahat..
b. Dorongan
umum (morgani’s general drive) dan motif darurat (wodworth’s emergency motive),
termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin
tahu.
2.
Motif sekunder (secondary motive),
menunjukkan pada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman,
dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya
antara lain:
a. Takut
yang dipelajari (learned fear),
b. Motif-motif
sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan
sebagainya),
c. Motif
obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat),
d. Maksud
(purpose) dan aspirasi,
e. Motif
berprestasi (achievement motive).
Menurut WS. Winkel
(1983:27) motivasi belajar siswa merupakan faktor psikis
yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah gairah atau semangat belajar,
sehingga seorang siswa yang bermotivasi kuat, dia akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan
demikian, siswa yang mempunyai motivasi kuat, dia akan
mempunyai semangat dan gairah belajar yang tinggi, dan pada gilirannya
akan dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Seorang siswa belajar karena
didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan,
perhatian, kemauan, atau cita-cita, dan kekuatan mental tersebut, dapat
tergolong rendah dan tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Dalam motivasi tergantung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
dan perilaku belajar. Setidaknya ada dua komponen utama
dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Siswa yang termotivasi, ia akan
membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan dan
akan mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh tenaga di dalam dirinya.
Dengan kata lain, motivasi memimpin dirinya ke arah reaksi-reaksi
mencapai tujuan, misalnya untuk dapat dihargai dan diakui oleh orang lain.
Faktor yang berasal dari luar individu
yang berpengaruh terhadap seorang siswa dalam belajar, di
antaranya adalah pengaruh dari orang tua. Orang tua, merupakan orang yang
pertama kali mendidik anaknya sebelum anak tersebut mendapat pendidikan dari
orang lain. Demikian juga dengan hal pemenuhan kebutuhan rohani (intrinsik) dan
jasmani (ekstrinsik) bagi seorang anak, maka orang tualah yang bertanggungjawab
pertama kali.
Di dalam mendidik dan memenuhi kebutuhan
anaknya, maka diperlukan perhatian dari orang tua. Peran utama bagi orang tua
dalam lingkungan keluarga, yang terpenting adalah memberikan pengalaman pertama
pada masa anak-anak, sebab pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam
perkembangan pribadi anak.
Sedangkan bagi seorang anak, ketika
melakukan proses belajar ada dua faktor yang menjadi tenaga
penggeraknya, yaitu motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang
berasal dari luar diri dan motivasi instrinsik yang berasal dari
dalam diri anak itu sendiri. Seorang anak yang belajar dengan motivasi yang rendah
atau bahkan tidak mempunyai motivasi, akan susah untuk diajak berprestasi,
anak merasa cepat puas dengan hasil yang diperoleh, apatis, tidak kreatif dan
tidak fokus.
Dalam kondisi seperti ini, peran orang tua
sebagai motivator dituntut untuk mampu
membangkitkan motivasi belajar anaknya sehingga segala potensi
yang dimiliki anak terekspresikan dalam bentuk
perilaku-perilaku belajarnya. Usaha orang tua untuk membantu
membangun motivasi belajar pada diri anak-anaknya, bukanlah
usaha yang mudah karena motivasi belajar ini sebenarnya harus
sudah mulai ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dari kecil. Dengan
demikian, anak diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya belajar untuk
dirinya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa perhatian yang diberikan orang tua terhadap anaknya akan
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Pengaruh tersebut, tergantung
pada seberapa besar perhatian yang diberikan orang tua kepada anaknya. Bila
perhatian yang diberikan oleh orang tua besar, maka akan mendorong munculnya motivasi
belajar dalam diri anaknya, demikian pula sebaliknya. Di mana pada
akhirnya, prestasi belajar anak di sekolah yang mendapat perhatian
dari orang tua lebih baik dibandingkan dengan prestasi anak yang kurang
mendapat perhatian dari orang tua. Dengan demikian, dapat diduga adanya
pengaruh yang signifikan dari perhatian orang tua
terhadap motivasi belajar siswa.
2.3 Ciri Kegiatan Belajar Mengajar Yang
Masing Masing Memiliki Tugas Yang Saling Mendukung
Kegiatan belajar mengajar yang merupakan
perpaduan kegiatab siswa yang melakuakan kegiatan belajar serta guru yang
melakukan kegiatan pengajaran. Keterpaduan dua aktivitas yang dilakukan guru
dan murid pada waktu yang bersamaan tentunya memiliki ciri-ciri
tersendiri.
2.3.1 Ciri
Ciri Kegiatan Belajar Mengajar
Adapun
cirri-ciri belajar mengajar sebagai berikut:
1.
Balajar mengajar memilki tujuan
Adapun
yang dilakukan manusia semuanya memiliki tujuan. Begitu juga dengan kegiatan
belajar mengajar adalah membentuk dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat
siswa pada tarap yang optimal sesuai dengan tingkat usia dan tingkat perkembangan
siswa.
Kegiatan
pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan.
Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan
siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan
demikian dalam setting pembelajaran, tujuan merupakan pengikat segala aktifitas
guru dan siswa. Oleh sebab itu, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama
yang harus dilakukan dalam merancang sebuah program pembelajaran.
Ada
beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program
pembelajaran:
a.
Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan
untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembeljaran. Suatu proses
pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal.
Keberhasilan itu merupakan indicator keberhasilan guru merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
b.
Tujuan pembelajaran dapat digunakan
sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dapat
membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan itu,
guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus di
lakukan untuk mambantu siswa belajar.
c.
Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam
mendesain system pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat
membantu guru dalam menentukan materi yang pelajaran, metode, atau strategi
pembelajaran, alat, media, dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan
merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa.
d.
Tujuan pembelajaran dapat digunakan
sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.
Artinya, melalui penetapan tujuan, guru bisa mengontrol sampai mana siswa telah
menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikuluum yang
berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan
kualitas suatu sekolah.
2.
Ada Suatu Prosedur
Dalam
kegiatan belajar mengajar perlu ditempuh prosedur atau langkah-langkah yang
telah direncanakan dan didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan belajar
mengajar yang telah ditetapkan. Prosedur tersebut disusun secara sistematik
langkah-langkah demi langkah yang relevan dengan tujuan.
3.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan
penggarapan materi yang khusus. Dalam kegiatan belajar mengajar perlu
ditetapkan meteri khusus/ materi pokok/ materi standar yang dibahawa dalam
setiap kali pertemuan tatap muka. Materi harus dipersiapkan dan didesain
sedemikian rupa agar mudah dapat dicapai penguasaan materi secara tuntas dalm
kegiatan mengajar oleh siswa sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan
pengalaman belajar kepada siswa.
Dalam
kegiatan belajar mengajar siswa harus mengalami sendiri kegiatan belajar
mengajar atau pemberian pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan
serangkaian kegiatan yang harus diperbuat dan dikerjakan oleh siswa secara
berurtan untuk mencapai indicator pembelajaran dan kompetensi dasar. Pemberian
pengalaman belajar siswa harus memperhatikan urutan dan langkah-langkah
pembelajaran. Untuk materi pembelajaran yang memerlukan prasarat tertentu serta
pendekatan dan penyajian secara spiral (mudah kesukar, konkret ke abstrak srta
dekat ke jauh.
5.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan
pengambangan kecakapan hidup siswa.
Seiring
dengan pmberian pengalaman belajar kapada siswa, tak kalah pentingnya dalam
pembelajaran berbasis kompetensi pada tingkat satuan pendidikan adalah
pemberian kecakapan hidup (life skill) kepada siswa. Life
skill merupakan pemberian keterampilan-keterampilan kepada siswa untuk
dapat menjalankan kehidupan baik sebagai makhluk individu, makhluk social
maupun sebagai makhluk tuhan.
Seiring
dengan fitrahhnya, manusia terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan
ruh. Ketiga dimensi dalam diri manusia harus dipelihara agar seimbang
(tawazzun). Jika diri manusia hanya dipelihara fisiknya saja, sementara akal
dan ruh tidak diperhatikan, maka manusia yang demikian hanya akan kuat fisik
atau jasad, tai memiliki hati yang kering dan gersang.sehingga hidupnya hampa
dan tidak tentram. Begitu juga halnya jiika manusia yang diasah hanya akalnya
saja, sedangkan fisik dan ruhaninya tidak dijaga, maka manusia itu ibarat orang
yang memiliki pengetahuan, tapi jasadnya sakit-sakitan, hatipen tidak tentram
dan rohaninya tumpul. Demikian pula jika manusia hanya diberi santapan rohani,
sedangkan fiiknya lemah, makanya tidak dijaga,, dan akalnya tidak diisi dengan
ilmu yang bermanfaat, maka kehidupannya akan menjadi timpang.
6.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru
berperan sebagai pembimbing.
Dalam
kegiatan belajar mengajar peranan guru sebagai pembimbing adalah membuat
suasana belajar mengajar menjadi hidup penuh dangan interaksi antara guru
dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya, serta memberikan motivasi.
Guru berperan hanya sebagai mediator dengan sumber belajar lainnya baik manusia
seperti nara sumber, maupun non manusia seperti : buku perpustakaan,
laboratorium, lingkungan, televisi, internet dan sebagainya. Dan guru lebih
berperan sebagai perancang kegiatan belajar mengajar dengan aktivitas dan
pengalaman belajar dilakukan sebesar-besarnya oleh siswa.
7.
Ada batas waktu
Kegiatan
belajar ada batas waktunya berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan
tersebut dibataswi dalam bentuk seiap kali pertemuan yang setarap 2 jam
pelajaran @ 45 menit. Jangka waktu per catur wulan atau per semester, per tahun
atau per jejang pendidikan 6 tahun atau 3 tahun.
8.
Evaluasi
Evaluasi
penting dilakukan untuk menilai keberhasilan belajar yang dicapai oleh siswa
serta semkaligus keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh guru, serta untuk
mengetahui apakah tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan telah tercapai
atau belum tercapai. Evaluasi memiliki kegunaan sebagai umpan balik untuk
perbaikan proses belajar mengajar berikutnya maupun di masa yang akan
dating baik bagi guru dalam melakukan pengelolaan belajar mengajar maupun bagi
siswa dalam melakukan kegiatan.
Dalam
arti luas,evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan (
mehrens dan lehmens,1978 : 5 ).[7]
Dalam
hubungan dengan kegiatan pengajaran Normane Gronlund. (1976) merumuskan evalusi
sebagai berikut: evaluasi adalahsuatu proses yang sistematik untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah
dicapai oleh siswa .
2.3.2 Fungsi
Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar
Secara
lebih rinci,fungsi evekuasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokan menjadi
4 fungsi :
1.
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan
serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar
selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang di peroleh itu selanjutnya
dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi normative) dan
atau untuk mengisi rapor/surat tanda tamat belajar yang berarti pula untuk
menentukan kenaikan kelas/lulus tidaknya seseorang dari suatu lembaga
pendidikan tertentu.
2.
Untuk mengetahui tingkat keberhawilan
program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu system terdiri atas beberapa
komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Komponen-komponen
dimaksud antara lain adalah tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan
kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta
alat evaluasi.
3.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling
(bk). Hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya,
dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelajaran bimbingan konseling
oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya seperti antara lain:
a) Untuk
membuat diagnosis mengenai kelemahan – kelemahan dan kekuatan atau kemampuan
siswa.
b) Untuk
mengetahui dalam hal apa seseorang atau kelompok siswa memerlukan pelayanan
remedial.
c) Sebagai
dasar dalam menangani kasus-kasus tertentu diantara siswa.
d) Sebagai
acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka bimbingan karier.
4.
Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan
kurikulum sekolah yang bersangkutan. Seperti telah dikemukakan dimuka, hamper
setiap saat guru melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai
keberhasilan belajar siswa dan menilai program pengajaran yang berarti pula
menilai isi atau materi pelajaran yang terdapat didalam kurikulum.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Dyimyanti minat adalah sebagai
sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaru perhatian pada
orang, situasi, atau aktivitas tertentu dan bukan pada yang lain. Sementara
menurut Selamet Diharjo minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap
sesuatu. Dan menurut Thijan minat adalah gejala psikologis yang menunjukan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang.
Dalam kaitannya dengan motivasi ini,
penampilan guru sangat mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus
menciptakan penampilan yang membuat siswa tertarik untuk mengikuti
pembelajarannya, disini guru sebagai motivator eksternal siswa
Secara umum tumbuh dan berkembangnya
motivasi dalam diri seseorang dengan jalan sebagai berikut:
1.
Datang dalam diri individu itu sendiri
atau disebut Motivasi Instrinsik
(Motivasi Belajar Instrinsik),
2.
Datang dari lingkungan atau sisebut Motivasi
Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik).
Belajar adalah usaha aktif dari seseorang
yang dilakukan secara sadar untuk mengubah perilakunya sendiri. Belajar
adalah suatu proses untuk mendapatkan kemampuan agardapat menggantikan perilaku
yang buruk menjadi baik. Mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan
penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi,
menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Ciri
– ciri belajar mengajar
1.
Belajar mengajar memiliki tujuan
2.
Ada suatu prosedur
3.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan
penggarapan materi yang khusus
4.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan
pemberian pengalaman belajar kepada siswa
5.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan
pengambangan kecakapan hidup siswa
6.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru
berperan sebagai pembimbing
7.
Ada batas waktu
8.
Evaluasi
3.2 Saran
Tidak hanya tenaga pendidik, motivasi juga penting bagi peserta didik agar peserta didik dan tenaga pendidik mampu mencapai tujuan dari belajar dan pembelajaran dengan baik.
untuk mendapatkan file MS WORD silahkan klik DISINI
0 comments:
Post a Comment