Sunday, March 6, 2022

MAKALAH ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

1.1         Latar Belakang

Aliran esensialisme merupakan aliran filsafat yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak awal peradaban umat manusia. Sehingga aplikasi esensialisme dalam pendidikan bercorak pada pendidikan tradisional, karena aliran ini menganggap kebudayaan lama telah berhasil membawa kebaikan bagi kehidupan manusia. Dalam pembelajaran esensialisme mengacu pada pengetahuan dasar berupa membaca, menulis dan menghitung, dan pelajaran non akademik kurang diminati.

Aliran rekonstruksinisme merupakan aliran filsafat yang berpusat pada perubahan melalui penyusunan kembali tatanan sosial tradisional menjadi tatanan sosial yang modern. Aliran rekonstruksinisme mengharapakan pendidikan dapat menjadi wahana awal menuju pembangunan tatanan sosial yang lebih modern. Dalam pendidikan, aliran ini mendorong perserta didik untuk mempelajari pengetahuan sosial, politik, ekonomi dan pengetahuan teraktual, dengan pengetahuan tersebut diharapkan dapat melahirkan peserta didik yang mampu meyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.

Kedua aliran diatas memiliki paham yang berbanding terbalik, dengan perbedaan tersebut pasti akan memunculkan penerapan pendidikan yang berbeda. Maka melalui makalah ini penulis akan menjelaskan apa perngetian dari aliran filsafat esensialisme dan aliran filsafat rekonstruksinisme. Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana pandanagan aliran esensialisme dan rekonstruksinisme dalam pendidikan.

 

1.2         Rumusan Masalah

1.             Bagaimana pengertain dari filsafat aliran esensialisme?

2.             Siapa saja tokoh-tokoh yang beraliran esensialisme?

3.             Bagaimana pandangan esensialisme dalam pendidikan?

4.             Apa saja prinsip-prinsip aliran esensialisme?

 

1.3         Tujuan

1.             Mengetahui bagaimana pengertian dari filsafat aliran esensialisme.

2.             Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh yang beraliran esensialisme.

3.             Untuk memahami bagaimana pandangan esensialisme dalam pandidikan.

4.             Mengetahui apa saja prinsip aliran esensialisme.

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

2.1         Pengertian Esensialisme

Esensi diartikan sebagai ciri tetap yang ada pada setiap sesuatu yang ada. maksudnya sesuatu yang bersifat konstan, tidak bisa berubah, kekal, dan akan selalu abadi. Aliran esensialisme merupakan aliran pedidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak awal peradaban umat manusia.  Aliran filsafat ini menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama telah banyak membawa kebaikan untuk manusia. Aliran esensialisme sudah ada sejak zaman Renaissance mulai tumbuh dan berkembang dengan berbagai cara dan usaha-usahanya untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman yunani dan romawi kuno. Aliran esensialisme merupakan perpaduan dari aliran idealisme dan realisme, jadi dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme.  

 

2.2         Tokoh Aliran Esensialisme

1.             Menurut Mudyaharjo, tokoh aliran esensialisme adalah William Chandler Bagley. Bagley lahir di detroit pada 15 maret 1874 dan meninggal di new york pada 1 juli 1946. Bagley menempuh pendidikan tinggi di Universitas Negeri Michigan, Universitas Wisconsin, dan menerima gelar oktor dari Universitas cornell pada tahun 1900. Sementara itu Bagley berpendapat bahwa pendidikan adalah sarana untuk membentuk tingkah laku anak didik dan ia berpendapat bahwa pendidikan bisa membantu merubah tingkah laku anak. jika guru bisa menerapkan dengan tepat pada anak didik maka akan menciptakan efisiensi sosial sebagai tujuan umum. 

2.             Johann Amos Comenius (1592-1670), tokoh Renaissance yang pertama yang berusaha mensistematiskan proses pengajaran. Menurut johann Amos comenius tugas kewajiban pendidikan adalah membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan.

3.             John Locke (1632-1704), tokoh dari Inggris dan populer sebagai “pemikir dunia”. John locke mengatakan bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi. Ia juga mempunyai sekolah kerja untuk anak-anak yang tidak mempunyai biaya.

4.             Johann Fiedrich Herbart (1776-1841), salah seorang murid dari Immanuel kant yang berpandangan kritis. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kesusilaan, dan ini disebut juga “pengajaran yang mendidik” dalam proses pencapaian tujuan pendidikan.

5.             William T. Harris (1835-1909) menurut tokoh ini tugas pendidikan adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti. Maksudnya Keberhasilan sekolah bisa tercapai dikarenakan sebuah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi penuntun penyesuaian diri setiap orang kepada masyarakat. 

 

2.3         Pandangan Esensialisme dalam Pendidikan

Menurut aliran esensialisme tugas pendidikan adalah mengajarkan pengetahuan dasar dan keterampilan-ketampila dasar. Sehingga dalam prakteknya esensialisme cenderung menekankan pada pelajaran membaca, menulis, dan menghitung, karena tiga pelajaran ini dipandang sebagai pengetahuan dasar yang begitu ditekankan dalam esensiaisme. Jadi kurikulum yang digunakan dalam aliran esensialisme menekankan pada pemahaman melalui percobaan sains dan penguasaan ilmu-ilmu alamiah daripada ilmu spiritual. Mata pelajaran yang tradisonal yang dianggap penting antara lain matematika, IPA, sejarah, bahasa asing dan kesastraan, sedangkan mata pelajaran yang bersifat kurang akademik tidak diminati oleh aliran esensialisme. Pelajaran sains, bahasa, sejarah dan sastra ini diharapkan dapat menjadi kurikulum yang terpercaya untuk memenuhi kehidupan invidual dan sosial.

Sedangkan peranan guru dikalangan esensialisme berbeda dengan peranan guru menurut progresivisme yang menganggap guru hanya sebagai fasilitator dan tidak bertindak otoritatif, sebaliknya pada esensialisme  guru menjadi otoritatif.  Aliran ini menganggap sekolah seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral tradisional dan pengetahuan agar siswa kelak menjadi warga Negara teladan. Maka pengajaran yang diberikan kepada siswa berupa rasa hormat kepada kekuasaan, ketabahan, taat menjalankan kewajiban, tenggang rasa kepada orang lain dan penguasaan hal praktis.

 

2.4         Prinsp-Prinsip Aliran Esensialisme

Secara garis besar Ma’ruf  menyebutkan prinsip-prinsip pendidikan esensialisme sebagai berikut:

1.             Penddikan haruslah dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja muncul dari dalam diri siswa dan menekankan pentingnya prinsip disiplin.

Terhadap pandangan progresivisme yang menekankan minat pribadi, mereka menerimanya sebagai konsep untuk berbuat tapi minat yang paling tinggi dan dapat lebih bertahan tidak diperoleh sejak awal atau sebelum belajar tetapi, muncul setelah bekerja keras. Seseorang yang melakukan proses pendidikan terkadang melalui usaha yang cukup mudah tidak terlalu sulit dalam prosesnya dan terkadang juga ada yang melalu proses yang sangat sulit dan harus berusaha keras. Jadi dalam proses pendidikan itu harus ada usaha tidak berdiam diri menunggu hasilnnya tanpa berusaha.

2.             Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa. Seperti dalam aliran progesivisme peranan guru dikalangan esensialisme berbeda dengan peranan guru menurut progresivisme yang menganggap guru hanya sebagai fasilitator dan tidak bertindak otoritatif, sebaliknya pada esensialisme guru menjadi otoritatif.

3.             Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional atau kebudayaan lama.

4.             Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Esensialisme mengakui bahwa pendidikan akan mendorong individu mengembangkan potensinya tetapi realisasinya harus berlangsung dalam dunia yang bebas dari perorangan atau individu. Karena itu sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat menghindari sikap individualisme peserta didik.

5.             Tujuan akhir dari pendidikan adalah  untuk meningkatkan kesejahteraan umum karena dianggap merupakan tuntunan demokrasi yang nyata.

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

3.1         Kesimpulan

Esensi diartikan sebagai ciri tetap yang bersifat konstan, tidak bisa berubah, kekal, dan akan selalu abadi. Sedangkan menurut istilah aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak awal peradaban umat manusia terutama sejak zaman renaissance. Aliran esensialisme merupakan perpaduan dari aliran idealisme dan realisme, jadi dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme. Tokoh-tokoh aliran esensialisme adalah William Chandler Bagley, Johann Amos Comenius (1592-1670), John Locke (1632-1704), dan Johann Fiedrich Herbart (1776-1841).

Pandangan pendidikan dalam aliran esensialisme prakteknya cenderung menekankan pada pelajaran membaca, menulis, dan menghitung, karena tiga pelajaran ini dipandang sebagai pengetahuan dasar yang begitu ditekankan dalam esensialisme. Jadi kurikulum yang digunakan dalam aliran esensialisme menekankan pada pemahaman melalui percobaan sains dan penguasaan ilmu-ilmu alamiah daripada ilmu spiritual. Sedangkan peranan guru dikalangan esensialisme berbeda dengan peranan guru menurut progresivisme yang menganggap guru hanya sebagai fasilitator dan tidak bertindak otoritatif, sebaliknya pada esensialisme  guru menjadi otoritatif.  Aliran ini menganggap sekolah seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral tradisional dan pengetahuan agar siswa kelak menjadi warga Negara teladan.

 


yang ingin file MS WORD silahkan klik DISINI

0 comments:

Post a Comment