BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Aliran esensialisme merupakan aliran filsafat yang didasarkan
pada nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak awal peradaban umat manusia.
Sehingga aplikasi esensialisme dalam pendidikan bercorak pada pendidikan
tradisional, karena aliran ini menganggap kebudayaan lama telah berhasil
membawa kebaikan bagi kehidupan manusia. Dalam pembelajaran esensialisme
mengacu pada pengetahuan dasar berupa membaca, menulis dan menghitung, dan
pelajaran non akademik kurang diminati.
Aliran rekonstruksinisme merupakan aliran filsafat yang berpusat
pada perubahan melalui penyusunan kembali tatanan sosial tradisional menjadi
tatanan sosial yang modern. Aliran rekonstruksinisme mengharapakan pendidikan
dapat menjadi wahana awal menuju pembangunan tatanan sosial yang lebih modern.
Dalam pendidikan, aliran ini mendorong perserta didik untuk mempelajari
pengetahuan sosial, politik, ekonomi dan pengetahuan teraktual, dengan pengetahuan
tersebut diharapkan dapat melahirkan peserta didik yang mampu meyelesaikan
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.
Kedua aliran diatas memiliki paham yang berbanding terbalik,
dengan perbedaan tersebut pasti akan memunculkan penerapan pendidikan yang
berbeda. Maka melalui makalah ini penulis akan menjelaskan apa perngetian dari
aliran filsafat esensialisme dan aliran filsafat rekonstruksinisme. Dalam
makalah ini akan dijelaskan bagaimana pandanagan aliran esensialisme dan
rekonstruksinisme dalam pendidikan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertain dari filsafat aliran esensialisme?
2.
Siapa saja tokoh-tokoh yang beraliran esensialisme?
3.
Bagaimana pandangan esensialisme dalam pendidikan?
4.
Apa saja prinsip-prinsip aliran esensialisme?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui bagaimana pengertian dari filsafat aliran
esensialisme.
2.
Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh yang beraliran
esensialisme.
3.
Untuk memahami bagaimana pandangan esensialisme dalam
pandidikan.
4.
Mengetahui apa saja prinsip aliran esensialisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Esensialisme
Esensi diartikan sebagai ciri tetap yang ada pada setiap sesuatu
yang ada. maksudnya sesuatu yang bersifat konstan, tidak bisa berubah, kekal,
dan akan selalu abadi. Aliran esensialisme merupakan aliran pedidikan yang
didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak awal peradaban umat
manusia. Aliran filsafat ini menginginkan
agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama telah
banyak membawa kebaikan untuk manusia. Aliran esensialisme sudah ada sejak
zaman Renaissance mulai tumbuh dan berkembang dengan berbagai cara dan
usaha-usahanya untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan
kesenian zaman yunani dan romawi kuno. Aliran esensialisme merupakan perpaduan
dari aliran idealisme dan realisme, jadi dua aliran ini bertemu sebagai
pendukung esensialisme.
2.2
Tokoh Aliran Esensialisme
1.
Menurut Mudyaharjo, tokoh aliran esensialisme
adalah William Chandler Bagley. Bagley lahir di detroit pada 15 maret 1874 dan
meninggal di new york pada 1 juli 1946. Bagley menempuh pendidikan tinggi di
Universitas Negeri Michigan, Universitas Wisconsin, dan menerima gelar oktor
dari Universitas cornell pada tahun 1900. Sementara itu Bagley berpendapat
bahwa pendidikan adalah sarana untuk membentuk tingkah laku anak didik dan ia
berpendapat bahwa pendidikan bisa membantu merubah tingkah laku anak. jika guru
bisa menerapkan dengan tepat pada anak didik maka akan menciptakan efisiensi
sosial sebagai tujuan umum.
2.
Johann Amos Comenius (1592-1670), tokoh
Renaissance yang pertama yang berusaha mensistematiskan proses pengajaran.
Menurut johann Amos comenius tugas kewajiban pendidikan adalah membentuk anak
sesuai dengan kehendak Tuhan.
3.
John Locke (1632-1704), tokoh dari Inggris dan
populer sebagai “pemikir dunia”. John locke mengatakan bahwa pendidikan
hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi. Ia juga mempunyai sekolah
kerja untuk anak-anak yang tidak mempunyai biaya.
4.
Johann Fiedrich Herbart (1776-1841), salah
seorang murid dari Immanuel kant yang berpandangan kritis. Ia berpendapat bahwa
tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kesusilaan, dan ini
disebut juga “pengajaran yang mendidik” dalam proses pencapaian tujuan
pendidikan.
5.
William T. Harris (1835-1909) menurut tokoh ini
tugas pendidikan adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang
pasti. Maksudnya Keberhasilan sekolah bisa tercapai dikarenakan sebuah lembaga
yang memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi penuntun
penyesuaian diri setiap orang kepada masyarakat.
2.3
Pandangan Esensialisme dalam Pendidikan
Menurut aliran esensialisme tugas pendidikan
adalah mengajarkan pengetahuan dasar dan keterampilan-ketampila
dasar. Sehingga dalam prakteknya esensialisme cenderung menekankan pada
pelajaran membaca, menulis, dan menghitung, karena tiga pelajaran ini dipandang
sebagai pengetahuan dasar yang begitu ditekankan dalam esensiaisme. Jadi
kurikulum yang digunakan dalam aliran esensialisme menekankan pada pemahaman
melalui percobaan sains dan penguasaan ilmu-ilmu alamiah daripada ilmu
spiritual. Mata pelajaran yang tradisonal yang dianggap penting antara lain
matematika, IPA, sejarah, bahasa asing dan kesastraan, sedangkan mata pelajaran
yang bersifat kurang akademik tidak diminati oleh aliran esensialisme.
Pelajaran sains, bahasa, sejarah dan sastra ini diharapkan dapat menjadi
kurikulum yang terpercaya untuk memenuhi kehidupan invidual dan sosial.
Sedangkan peranan guru dikalangan esensialisme
berbeda dengan peranan guru menurut progresivisme yang menganggap guru hanya
sebagai fasilitator dan tidak bertindak otoritatif, sebaliknya pada
esensialisme guru menjadi otoritatif. Aliran ini
menganggap sekolah seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral tradisional dan
pengetahuan agar siswa kelak menjadi warga Negara teladan. Maka pengajaran yang
diberikan kepada siswa berupa rasa hormat kepada kekuasaan, ketabahan, taat menjalankan
kewajiban, tenggang rasa kepada orang lain dan penguasaan hal praktis.
2.4
Prinsp-Prinsip Aliran Esensialisme
Secara garis besar
Ma’ruf menyebutkan prinsip-prinsip pendidikan esensialisme sebagai
berikut:
1.
Penddikan haruslah dilakukan melalui usaha
keras, tidak begitu saja muncul dari dalam diri siswa dan menekankan pentingnya
prinsip disiplin.
Terhadap
pandangan progresivisme yang menekankan minat pribadi, mereka menerimanya
sebagai konsep untuk berbuat tapi minat yang paling tinggi dan dapat lebih
bertahan tidak diperoleh sejak awal atau sebelum belajar tetapi, muncul setelah
bekerja keras. Seseorang yang melakukan proses pendidikan terkadang melalui
usaha yang cukup mudah tidak terlalu sulit dalam prosesnya dan terkadang juga
ada yang melalu proses yang sangat sulit dan harus berusaha keras. Jadi dalam
proses pendidikan itu harus ada usaha tidak berdiam diri menunggu hasilnnya
tanpa berusaha.
2.
Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru
bukan pada siswa. Seperti dalam aliran progesivisme peranan guru
dikalangan esensialisme berbeda dengan peranan guru menurut progresivisme yang
menganggap guru hanya sebagai fasilitator dan tidak bertindak otoritatif,
sebaliknya pada esensialisme guru menjadi otoritatif.
3.
Sekolah harus mempertahankan metode-metode
tradisional atau kebudayaan lama.
4.
Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi
dari subjek materi yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan
direncanakan dengan pasti oleh guru. Esensialisme mengakui bahwa pendidikan
akan mendorong individu mengembangkan potensinya tetapi realisasinya harus
berlangsung dalam dunia yang bebas dari perorangan atau individu. Karena itu
sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat menghindari sikap individualisme
peserta didik.
5.
Tujuan akhir dari pendidikan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan umum karena dianggap merupakan tuntunan demokrasi
yang nyata.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Esensi diartikan sebagai ciri tetap yang
bersifat konstan, tidak bisa berubah, kekal, dan akan selalu abadi. Sedangkan
menurut istilah aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan
pada nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak awal peradaban umat manusia terutama
sejak zaman renaissance. Aliran esensialisme merupakan perpaduan dari aliran
idealisme dan realisme, jadi dua aliran ini bertemu sebagai pendukung
esensialisme. Tokoh-tokoh aliran esensialisme adalah William Chandler
Bagley, Johann Amos Comenius (1592-1670), John Locke (1632-1704), dan Johann
Fiedrich Herbart (1776-1841).
Pandangan pendidikan dalam aliran esensialisme
prakteknya cenderung menekankan pada pelajaran membaca, menulis, dan
menghitung, karena tiga pelajaran ini dipandang sebagai pengetahuan dasar yang
begitu ditekankan dalam esensialisme. Jadi kurikulum yang digunakan dalam aliran
esensialisme menekankan pada pemahaman melalui percobaan sains dan penguasaan
ilmu-ilmu alamiah daripada ilmu spiritual. Sedangkan peranan guru dikalangan
esensialisme berbeda dengan peranan guru menurut progresivisme yang menganggap
guru hanya sebagai fasilitator dan tidak bertindak otoritatif, sebaliknya pada
esensialisme guru menjadi otoritatif. Aliran ini
menganggap sekolah seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral tradisional dan
pengetahuan agar siswa kelak menjadi warga Negara teladan.
yang ingin file MS WORD silahkan klik DISINI
0 comments:
Post a Comment