MAKALAH
MEMAHAMI
PENGERTIAN DAN
SEJARAH MUNCULNYA
TASAWUF
Dosen Pengampu :
Pak. Akhyar Rosyidi
Disusun Oleh
NIKMAH
SEKOLAH TINGGI
ILMU TARBIYAH NAHDLATUL
ULAMA (STITNU-NU
AL-MAHSUNI)
PROGRAM STUDI
PIAUD
TP : 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Puji syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Karena telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini dapat selesai tepar waktu. Shalawat beserta
salam tidak lupa kita hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Salallahu’alaihiwasalam.
Penulis juga mengucapkan ribuan terimakasih kepada Bapak Akhyar
rosyidi selaku dosen pengampu mata kuliah akhlak tasawuf, yang mana telah
memberikan tugas ini kepada penulis sehingga ilmu yang penulis dapatkan semakin
bertambah dan terimakasih pula untuk Bapak atas bimbingannya.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca
terutama penulis pribadi. Namun, terlepas dari itu penulis memahami bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan di dalamnya.
Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas segala kekurangan
yang ada penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Sekian dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Danger, 25
oktober 2023
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
A.
Latar
Belakang......................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................... 2
C.
Tujuan...................................................................................... 2
D.
Manfaat.................................................................................... 3
A.
Pengertian
Tasawuf................................................................. 4
B.
Sejarah
Munculnya Tasawuf................................................... 7
A.
Kesimpulan............................................................................. 15
B.
Saran....................................................................................... 16
BAB I
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an dan hadits bukan
merupakan sebuah aturan-aturan kaku yang membatasi ruang gerak manusia.
Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber nilai dan panduan hidup yang menggiring
manusia menuju ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Dalam kaitannya dengan
keberadaan dan hakikat kehidupan manusia, mengisyaratkan bahwa jiwa manusia
pada dasarnya mempunyai potensi kefasikan dan kejahatan (fujur), dan potensi
kebajikan (taqwa) yang dalam kehidupan sehari-hari kedua potensi ini saling
tarik-menarik dan terhubung.
Ajaran tasawuf dalam dunia
Islam dipelajari sebagai ilmu, yang mana dipelajarinya ilmu ini sebagai jalan
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran tasawuf bertumpu pada Al-Qur’an dan
hadits. Dari berbagai pandangan para ulama tentang asal usul kata tasawuf dan
para ulama menngambil kesimpulan bahwa pengertian tasawuf adalah kesadaaran
murni yang mengarahkan jiwa secara benar kepada amal shalih dan kegiatan yang
sungguh-sungguh, menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka pendekatan diri
kepada Allah untuk mendapatkan perasaan yang berhubungan erat dengan-Nya.
Ajaran Tasawuf merupakan
peluang batin yang penuh keasyikan dan syarat dengan pesan-pesan spiritual yang
dapat menentramkan batin manusia. Sebagai suatu sistem penghayatan keagamaan
yang bersifat esoteric. Tasawuf sudah berkembang menjadi wacana kajian akademik
yang senantiasa actual secara konstektual dalam setiap kajian pemikiran Islam.
Apalagi di tengah-tengah situasi masyarakat yang cenderung mengarah kepada
dekadensi moral, yang imbasnya mulai terasa dalam kehidupan secara langsung,
masalah tasawuf mulai mendapat perhatian dan dituntut peranna secara aktif
mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu, tasawuf secara universal menepati
posisi substansi dalam kehidupan manusia.
Ajaran tasawuf menjadi salah
satu ilmu yang cukup populer didengar bahkan oleh para orang awam sekalipun.
Namun pada umumnya ajaran tasawuf ini kurang dipahami oleh kalangan orang-orang
awam, sehingga tidak banyak yang mengamalkan ajaran ini. Padahal Ilmu Tasawuf
telah tumbuh dan berkembang sejak lama, tepatnya sejak zamannya Nabi Muhammad
Saw. Ilmu Tasawuf memiliki banyak manfaat, salah satunya dapat menjadi alat
untuk menghadapi kehidupan ini. Dengan tasawuf, orang-orang besar Islam seperti
Diponegoro, Imam Bonjol, dan Cik Di Tiro menentang penjajahan. Dengan tasawuf,
Amir Abdul Kadir al-Jazairi berani melawan Prancis. Maka pada makalah ini,
penulis akan memaparkan mulai dari pengertian tasawuf, sejarah kemunculan
tasawuf. Yang mana penulis harapkan dengan membaca makalah ini maka pembaca
akan memahami serta mampu mengamalkan ajaran tasawuf ini.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan ajaran tasawuf?
2.
Bagaimana
sejarah kemunculan ajaran tasawuf dan periodesasi ajaran tasawuf?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan ajaran tasawuf
2.
Untuk
mengetahui teori terkait sejarah kemunculan ajaran tasawuf dan periodesasinya
Dan untuk lebih mengenal
tentang ilmu tasawuf dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui penyucian
diri dan perbuatan-perbuatan (amaliyah) Islam. Karena pada hakikatnya tujuan
dari tasawuf sendiri adalah ma’rifatullah (mengenal Allah secara mutlak dan
lebih jelas.
D.
Manfaat
Dengan adanya bantuan
Tasawuf , maka ilmu pengetahuan satu dengan yang lainnya tidak akan
bertabrakan, karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan . Juga Untuk
memperoleh hubungan langsung dan disadari denganTuhan, sehingga seseorang
merasa berada di hadirat-Nya.
BAB II
A.
Pengertian
Tasawuf
Tasawuf adalah
salah satu cabang ilmu islam yang menekankan dimensi atau aspek spiritual dari
islam. Spiritualis ini dapat mengambil bentuk yang beraneka di dalamnya. Dalam
kaitannya dengan manusia, Tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang
aspek jasmaninya, dalam kaitannya dalam kehidupan ia lebih menekankan kehidupan
akhirat ketimbang kehidupan dunia yang fan, sedangkan kaitannya dalam pehaman
keagamaan, ia lebih menekankan aspek esoterik ketimbang eksoterik, lebih
menekankan penafsiran batini ketimbang penfasiran lahiriyah.
Al- Tasawuf atau sufisme
adalah suatu cabang keilmuan dalam islam, atau secara keilmuan merupakan hasil
peradaban islam yang lahir kemudian setelah rasulullah wafat. Annemarie
schimmel menjelaskanubahwa istilah Tasawuf baru terdengar pada pertengahan abad
ke-2 hijriah dan menurutu nicholson dalam bukunya the mystics of
islam, pada pertengahan abad ke 3 hijriah.
Tasawuf merupakan jalan menuju
kedekatan diri kepada Allah Swt. dengan cara melepaskan diri dari segala
sesuatu yang rendah, hina dan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah Saw.
Abdul Hakim Hassin dalam kitabnya yang berjudul AL-Tashawwuf fi al-Syi’ri
‘l-Arabi yang dikutip Simuh (Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam),
menerangkan bahwa, Tasawuf adalah proses pemikiran dan perasaan yang menurut
tabiatnya sulit didefinisikan. Tasawuf tampak merupakan upaya akal manusia
untuk memahami hakikat segala sesuatu, dan untuk menikmati hubungan dengan
Allah SWT.
Adapun aspek pertama dari
upaya ini adalah segi falsafi daripada tasawuf; sedangkan aspek kedua adalah
segi agamis. Kegiatan pertama bersifat pemikiran dan renungan; sedangkan
kegiatan kedua amali. Dan segi amali daripada tasawuf muncul terlebih dahulu daripada
segi falsafinya. Para sufi itu memulai kegiatannya selamanya dari mujahadah dan
riyalat, bukan dengan merenung dan berpikir.
Oleh karena itu, “hati”
lebih penting dari pada akal bagi para sufi; bahkan hati itu bagi para sufi
adalah segalanya, karenanya hati mereka
Tasawuf secara etimologi
berasal dari bahasa Arab, yaitu tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan.
Beberapa pendapat terkait asal kata tasawuf antara lain:
1.
Tasawuf berasal dari
kata shuf (yang artinya bulu domba), maksudnya adalah
bahwa para penganut tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta
menjauhi pakaian sutra dan memakai kain dari bulu domba yang kasar atau yang
disebut dengan kain wol kasar (pada waktu itu memakai wol kasar adalah simbol
kesederhanaan).
2.
Tasawuf berasal dari
kata shaff (yaitu barisan), makna shaff ini dinisbahkan
kepada para jama’ah yang selalu berada pada barisan terdepan ketika sholat,
sebagaimana sholat yang berada di barisan pertama maka akan mendapat kemuliaan
dan pahala dari Allah SWT.
3.
Tasawuf berasal dari
kata shafa (yaitu jernih, bersih atau suci), makna
tersebut sebagai nama mereka yang memiliki hati yang bersih atau suci.
Maksudnya adalah bahwa mereka menyucikan dirinya di hadapan Allah SWT melalui
latihan kerohanian yang amat dalam yaitu dengan melatih dirinya untuk menjauhi
segala sifat dan sikap yang kotor sehingga mencapai pada kebersihan dan
kesucian pada hatinya.
4.
Tasawuf berasal dari
kata shuffah (yaitu serambi Masjid Nabawi yang
ditempati sebagian sahabat Rasulullah). Makna tersebut dilator belakangi oleh
sekelompok sahabat yang hidup zuhud dan konsentrasi beribadah kepada Allah SWT
serta menimba ilmu bersama Rasulullah yang menghuni serambi Masjid Nabawi.
Selanjutnya, pengertian
tasawuf secara termonologi dari para ahli sufi juga terdapat varian-varian yang
berbeda. Hal ini dapat dijelaskan dari berbagai pandangan sufi berikut:
1.
Menurut Imam Junaid,
tasawuf memiliki definisi sebagai mengambil sifat mulia dan meninggalkan setiap
sifat rendah atau buruk.
2.
Menurut Syekh Abul
Hasan Asy-Syadzili, ia mendefinisikan tasawud sebagai proses praktek dan
latihan diri melalui cinta yang mendalam untuk beribadah dan mengembalikan diri
ke jalan Tuhan.
3.
Menurut Sahal
Al-Tustury, ia mendefinisikan tasawuf sebagai terputusnya hubungan dengan
manusia dan memandang emas dan kerikil. Hal ini tentu ditunjukkan untuk
terus-menerus berhubungan dan membangun kecintaan mendalam pada Allah SWT.
4.
Menurut Syeikh Ahmad
Zorruq, tasawuf adalah ilmu yang dapat memperbaiki hati dan menjadikannya
semata-mata untuk Allah dengan menggunakan pengetahuan yang ada tentang jalan
islam. Pengetahuan ini dikhususkan pada pengetahuan fiqh dan yang memiliki
kaitan untuk memperbaiki amalan dan menjaganya sesuai dengan batasan syariah
Islam. Hal ini ditujukan agar kebijaksanaan menjadi hal yang nyata.
Jadi, dari pengertian
tasawuf secara etimologi dan terminologi dapat diambil kesimpulan bahwa tasawuf
adalah pelatihan dengan kesungguhan untuk dapat membersihkan, memperdalam,
mensucikan jiwa atau rohani manusia. Hal ini dilakukan untuk melakukan pendekatan
atau taqarub kepada Allah dan dengannya segala hidup dan fokus yang dilakukan
hanya untuk Allah semata.
Oleh karna itu, untuk
memudahkan menemukan pengertian tentang Tasawuf, kiranya cara yang dapat di
tempuh oleh Ibrahim Basyuni di pandang lebih mudah di pahami. Ibrahim Basyuni
terlebih dahulu mengkategorikan definisi- definisi Tasawuf yang banyak itu berdasarkan
3 sudut pandang yaitu:
1.
Pendefenisian Tasawuf
Dari Sudut Bidayah
Pendefenisian dari sudut bidayah maksudnya adalah perasaan manusia dengan
fitrahnya bahwa tidak semua yang ada ini dapat menguasai dirinya. Di balik
semua ini ada hakikat agung yang memelihara rohnyya, menenagkan jiwanya
sehingga berusaha dengan sungguh – sungguh mendekati zat yang agung itu,
menyerupai dan berhadapan dengannya.
2.
Pendefinisian dari
segi jahidah (kesungguhan)
Definisi Tasawuf dari sudut kesungguhan ini telah di mulai dengan
pendekatan amaliyah yaitu dengan merendahkan diri dan pengamalan agama dan
pengenalan semua fahilah-fadhilahnya. Diantara definisi Tasawuf dari sudut jahidah in diantaranya
sebagai berikut :
a.
Abu Muhammad Al- Jari
mengatakan : Tasawuf adalah memasuki semua akhlak sunni dan keluar dari semua
akhlak yang rendah.
b.
Al-Kanany mengatakan :
Tasawuf adalah akhlak, maka apabila bertambah atas mu akhlak, maka bertambahlah
atasmu kesucian.
c.
Al-nurry mengatakan :
Tasawuf itu bukanlah lukisan atau ilmu, akan tetapi dia adalah akhlak.
d.
Sahl bin Abdullah
mengatakan : Tasawuf adalah sedikit makan dan tekut menghadap allah dan lari
dari manusia.
3.
Pendefenisian dari
segi yang dirasakan
Bahwa Tasawuf adalah kesadaran fitrah yang dapat mengerahkan
jiwa kepada kegiatan-kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan berhubungan dengan wujud tuhan yang mutlak.
Dari uraian-uraian
di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa Tasawuf adalah kehidupan kerohanian
yang berusaha mendekatkan diri kepada tuhan dengan berbagai cara.
B.
Sejarah
Munculnya Tasawuf
Para penyebar agama Islam
pada umumnya terdiri dari kalangan ulama’ sufi, maka dengan sendirinya ajaran
yang di bawanya dipengaruhi oleh ilmu tasawuf. Dengan demikian, para Da’i Islam
tersebut juga secara langsung mengembangkan ajaran tarekatnya di berbagai
daerah yang menjadi sasaran dakwahnya. Pada akhirnya ajaran tasawuf tersebar
berkembang dengan cepat sejalan dengan perkembangan ajaran islam itu sendiri.
Timbulnya tasawuf dalam
islam tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran islam itu sendiri, yaitu semenjak
Muhammad diutus menjadi Rasul untuk segenap umat manusia dan alam semesta.
Fakta sejarah menunjukan
bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul
telah berulang kali melakukan tahanuts dan khalawat di gua Hira’ disamping untuk mengasingkan diri dari
masyarakat kota Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa nafsu keduniaan.
Di sisi lain Muhammad juga
berusaha mencari jalan untuk membersihkan hati dan mensucikan noda- noda yang
menghinggapi masyarakat pada masa itu. Tahanuts dan khalawat yang dilakukan
Muhammad SAW bertujuan untuk mencari ketenagan jiwa dan keberhasilan hati dalam
menempuh liku- liku probelma kehidupan yang beraneka ragam , berusaha untuk
memperoleh petunjuk dan hidayah serta mencari hakikat kebenaran , dalam situasi
yang demikianlah Muhammad menerima Wahyu dari Allah SWT, yang berisi ajaran-
ajaran dan peraturan- peraturan sebagai pedoman dalam mencapai kebahagiaan
hidup didunia dan diakhirat.
Dalam sejarah islam sebelum
munculnya aliran tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud pada akhir abad
ke I (permulaan abad ke II). Pada abad I Hijriyah lahirlah Hasan Basri seorang
zahid pertama yang termashur dalam sejarah tasawuf. Beliau lahir di Mekkah
tahun 642 M, dan meninggal di Basrah tahun 728M. ajaran Hasan Basri yang
pertama adalah Khauf dan Rajah’ mempertebal takut dan harap kepada Tuhan, setelah itu muncul
guru- guru yang lain, yang dinamakan qari’ , mengadakan gerakan pembaharuan hidup kerohanian di kalangan
umat muslim. Sebenarnya bibit tasawuf sudah ada sejak itu, garis- garis
mengenai tariq atau jalan beribadah sudah kelihatan disusun, dalam ajaran-
ajaran yang dikemukakan disana sini sudah mulai mengurangi makna (ju’), menjauhkan diri dari
keramaian dunia ( zuhud ).
1.
Masa Pembentukan
Pada masa awal Islam (Nabi
SAW dan Khulafaur Rasyidin) istilah tasawuf belum dikenal. Meski demikian, bukan berarti
praktek seperti puasa, zuhud, dan senadanya tidak ada. Hal ini dibuktikan
dengan perilaku Abdullah bin Umar yang banyak melakukan puasa sepanjang hari
dan shalat atau membaca al-Qur’an di malam harinya. Sahabat lain yang terkenal
dengan hal itu antara lain Abu al-Darda, Abu Dzar al-Ghiffari, Bahlul bin
Zaubaid, dan Kahmas al-Hilali. Adapun tokoh-tokoh sufi yaitu Hasan Bashri
(642-728 M) dengan mengajarkan ajaran Khauf (takut) dan Raja’ (berharap), dan
Rabi’ah Al-Adawiyah (w.801 M/185 H) ajaran cinta kepada Tuhan (Hubb al-Ilah).
2.
Masa Pengembangan
Masa pengembangan ini
terjadi pada kurun antara abad ke-III dan ke-IV Hijriyah. Pada kurun ini muncul
dua tokoh terkemuka, yakni Abu Yazid al-Bushthami (w.261 H) memunculkan ajaran
Fana’ (leburnya perasaan), Liqa’ (bertemu dengan Allah SWT) dan Wahdat al-Wujud
(kesatuan wujud atau bersatunya hamba dengan Allah Swt) dan Abu Mansur al-Hallaj
(w.309 H) dengan memunculkan ajaran Hulul (inkarnasi Tuhan), Nur Muhammad dan
Wahdat al-Adyan (kesatuan agama).
3.
Masa Konsolidasi
Masa yang berjalan mulai
pada abad V Hijriyah ini merupakan konsolidasi yang ditandai dengan kompetisi
dan pertarungan antar tasawuf falsafi dan tasawuf sunni. Adapun tokoh-tokoh
pada masa ini antara lain Al-Qusyairi (376-465 H), Al-Harawi (w.396 H), dan
Al-Ghazali (450-505 H).
4.
Masa Falsafi
Pada abad VI dan VII H ini
muncul dua hal penting yakni; Pertama, kebangkitan kembali tasawuf semi-falsafi
yang setelah bersinggungan dengan filsafat maka muncul menjadi tasawuf falsafi,
dan kedua, munculnya orde-orde dalam tasawuf (thariqah). Tokoh-tokoh utama
tasawuf falsafi antara lain ialah Ibnu ‘Arabi dengan Wahdat al-Wujud, Shuhrawardi
dengan teori Isyraqiyyah, Ibnu Sabi’in dengan teori Ittihad, Ibnu Faridh dengan
teori cinta, Fana’ dan Wahdat al-Syuhud.
5.
Masa Pemurnian
Ibn ‘Arabi, Ibn Faridh, dan
ar-Rumi adalah masa keemasan gerakan tasawuf baik secara teoritis maupun
praktis. Pengaruh dan praktek-praktek tasawuf tersebar luas melalui
tarekat-tarekat. Bahkan para sultan dan pangeran tidak segan-segan lagi
mengeluarkan perlindungan dan kesetiaan pribadi kepada mereka. Meski demikian,
lama kelamaan timbul penyelewengan-penyelewengan dan skandal-skandal yang
berakhir pada penghancuran citra baik tasawuf itu sendiri. Dengan fenomena di
atas, muncullah Ibn Taimiyah yang dengan lantang menyerang ajaran-ajaran yang
dia anggap menyeleweng tersebut. dia ingin mengembalikan kembali tasawuf kepada
sumber ajaran Islam, Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Abu al- Wafa menyimpulkan,
bahwa zuhud islam pada abad I dan II Hijriyah mempunyai karakter sebagai
berikut:
1.
Menjaukan
diri dari dunia menuju akhirat yang berakar pada nas agama , yang dilator
belakangi oleh sosipolitik, coraknya bersifat sederhana, praktis (belum
berwujud dalam sistematika dan teori tertentu), tujuannya untuk meningkatkan
moral.
2.
Masih
bersifat praktis, dan para pendirinya tidak menaruh perhatian untuk menyusun
prinsip- prinsip teoritis atas kezuhudannya itu. Sementara sarana-
saranapraktisnya adalah hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan secara penuh,
sedikit makan maupun minum, banyak beribadah dan mengingat Allah SWT. Dan
berlebih- lebihan dalam merasa berdosa, tunduk mutlak kepada kehendak Nya., dan
berserah diri kepada Nya. Dengan demikian tasawuf pada masa itu mengarah pada
tujuan moral.
3.
Motif
zuhudnya ialah rasa takut yaitu rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul dari
landasan amal keagamaan secara sungguh- sungguh. Sementara pada akhir abad II
Hijriyah, ditangan Rabi’ah al- Adawiyah muncul motif rasa cinta, yang bebas
dari rasa takut trhadap adhab- Nya maupun harapan terhadap pahala Nya. Hal ini
dicerminkan lewat penyucian diri dan abstraksinya dalam hubungan antara manusia
dengan Tuhan.
4.
Ahkir abad
II Hijriyah, sebagian zahid, khususnyadi Khurasan, dan Rabi’ah al- Adawiyah
ditandai kedalaman membuat analisa, yang bias dipandang sebagai masa
pendahuluan tasawuf, atau cikal bakal para pendiri tasawuf falsafati abad ke-
III dan IV Hijriyah. Abu al- Wafa lebih sependapat kalau mereka dinamakan
zahid, qari’, dan nasik (bukan sufi) (Abu alo- Wafa, 1970). Sejalan dengan
pemikiran ini, sebelum Abu al- Wafa, al- Qusyairi tidak memasukkan Hasan al-
Basri dan Rabi’ah al-Adawiyyah dalam deretan guru tasawuf.
Sedangkan zuhud menurut para
ahli sejarah tasawuf adalah fase yang mendahului tasawuf. Menurut Harun
Nasution, station yang terpenting bagi seorang calon sufi ialah zuhd yaitu
keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Sebelum menjadi sufi, seorang
calon harus terlebih dahulu menjadi zahid. Sesudah menjadi zahid, barulah ia
meningkat menjadi sufi. Dengan demikian tiap sufi ialah zahid, tetapi
sebaliknya tidak setiap zahid merupakan sufi.
Secara etimologis, zuhud
berarti raghaba ‘ansyai’in wa tarakahu, artinya tidak tertarik terhadap sesuatu
dan meninggalkannya. Zahada fi al-dunya, berarti mengosongkan diri dari
kesenangan dunia untuk ibadah.
Berbicara tentang arti zuhud
secara terminologis menurut Prof. Dr. Amin Syukur, tidak bisa dilepaskan dari
dua hal. Pertama, zuhud sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tasawuf.
Kedua, zuhud sebagai moral (akhlak) Islam dan gerakan protes[3]. Apabila tasawuf
diartikan adanya kesadaran dan komunikasi langsung antara manusia dengan Tuhan
sebagai perwujudan ihsan, maka zuhud merupakan suatu station (maqam) menuju
tercapainya “perjumpaan” atau ma’rifat kepada-Nya. Dalam posisi ini menurut A.
Mukti Ali, zuhud berarti menghindar dari berkehendak terhadap hal-hal
yang bersifat duniawi atau ma siwa Allah. Berkaitan dengan ini al-Hakim Hasan
menjelaskan bahwa zuhud adalah “berpaling dari dunia dan menghadapkan diri
untuk beribadah melatih dan mendidik jiwa, dan memerangi kesenangannya dengan
semedi (khalwat), berkelana, puasa, mengurangi makan dan memperbanyak dzikir”.
Jadi, zuhud merupakan hal
yang tidak bisa terpisahkan dengan tasawuf sebagai seorang zahid yang
menjauhkan diri dari kelezatan duniaserta mengingkarinya serta lebih
mengutamakan kehidupan yang kekal dengan mendekatkan diri untuk supaya tercapai
keridhoan dan makrifat perjumpaan dengan-Nya.
Kedua, zuhud sebagai moral
(akhlak) Islam, dan gerakan protes yaitu sikap hidup yang seharusnya dilakukan
oleh seorang muslim dalam menatap dunia fana ini. Dunia dipandang sebagai
sarana ibadah dan untuk meraih keridlaan Allah swt., bukan tujuan tujuan hidup,
dan di sadari bahwa mencintai dunia akan membawa sifat – sifat mazmumah
(tercela). Keadaan seperti ini telah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya.
Zuhud disini mengandung makna tidak berbangga atas kemewahan dunia dan tidak
membuat ingkar terhadap Allah SWT serta tetap berusaha bekerja. Hal ini
hanyalah sebagai sarana ibadah meraih keridhoan-Nya, bukan sebagai tujuan akhir
hidup.
Sifat zuhud inilah yang
menjadi salah satu akibat suatu peristiwa dan lanjutan munculnya tasawuf, yaitu
sebagai reaksi kaum muslimin terhadap sistem social politik dan ekonomi di
kalangan islam sendiri. Ketika islam mulai tersebar ke berbagai penjuru dunia,
setelah tempo sahabat (zaman tabiin abad ke I dan II) baik pada masa Kholifah
maupun masa daulah-daulah setelahnya banyak terjadi pertikaian politik ataupun
kemakmuran satu pihak, sudah mulai beubah kondisinya dari masa sebelumnya.
Sehingga menimbulkan pula peperangan saudara antara Ali bin Abi Tholib dengan
Mu’awiyah yang bermula fitnah pada Utsman bin Affan. Dengan adanya peristiwa
tersebut membuat masyarakat dan ulama tidak ingin terlibat terhadap pergolakan
yang ada serta tidak mau kemewahan dunia. Mereka lebih memilih untuk
mengasingkan diri agar bisa mengembalikan kondisi lingkungan kehidupan islam
seperti dahulu, yaitu seperti masa Nabi SAW, para sahabat serta para
pengikutnya yang sesuai dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist pada jalan
yang benar menuju Rabb Yang Maha Esa.
Pada masa Bani Umayyah
sistem pemerintahan berubah menjadi monarki sehingga bebas berbuat kezaliman
(terlebih kepada lawan politiknya yaitu Syiah). Sampai terbunuhlah Husen bin
Ali di Karbala dengan kekejaman Bani Umayah, sehingga penduduk Kufah menyesal
mendukung pihak yang melawan Husein. Kemudian kelompok ini bernama Tawwabun
yang dipimpin Mukhtar bin Ubaid as-Saqafi untuk membersihkan diri serta
beribadah. Demikian pula dari segi social yang bermewah-mewahan jauh dari
seperti zaman Nabi SAW. Kholifah Yazid yang dikenal pemabuk membuat kaum
muslimin merasa berkewajiban menyeru hidup zuhud, sederhana, saleh dan tidak
terjebak hawa nafsu seta kembali melirik pada kesederhanaan kehidupan Nabi SAW
dan para sahabatbya. Saat itulah kehidupan zuhud menyebar luas di maaasyarakat
pada abad-abad pertama dan kedua hijriyah dengan berbagai aliran, seperti:
madinah, Bashrah, Kuffah, Mesir.
Ada tiga unsur dalam diri
manusia yaitu: ruh, akal, dan jasad. Kemulian manusia dibanding dengan makhluk
lainnya adalah karena manusia memiliki unsur ruh ilahi. Ruh yang dinisbahkan
kepada Allah. SWT. Ruh Ilahi inilah yang menjadikan manusia memiliki sisi
kehidupan rohani yang dapat diistilahkan dengan makna tasawuf. Dimana
kecondongan ini juga dimiliki oleh semua manusia dalam setiap agama. Karena
perasaan itu merupakan fitrah manusia. Secara umum dapat juga kita
ibaratkan makna tasawuf dengan filsafat kehidupan dan metode khusus sebagai
jalan manusia untuk mencapai akhlak sempurna, menyingkap hakikat dan
kebahagiaan jiwa.
Adapun inti dari tasawuf
sendiri ialah tekun beribadah, menjauhi kemewahan dunia dan mengasingkan diri
dari manusia untuk beribadah sebagaimana para sahabat dan ulama terdahulu
melakukannya. Nabi SAW sendiri secara sufistic telah memiliki prilaku sufi sejak
dalam kehidupannya, seperti dalam perilaku atau pribadi beliau, peristiwa dalam
hidup, ibadah. Sebelum menjadi Rasul, beliau sering berkholwat di gua hira
dengan berdzikir, bertafakur untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tasawuf
merupakan jalan menuju kedekatan diri kepada Allah Swt. secara etimologi dan
terminology tasawuf adalah pelatihan dengan kesungguhan untuk dapat
membersihkan, memperdalam, mensucikan jiwa atau rohani manusia. Secara
etimologis kata ini berasal dari bahasa arab, tasawwafa. Namun para ulama
berbeda pendapat tentang asal usulnya (akar katanya ) tapi ada yang
mengatakan dari kata “suf(bulu domba)”, “saf(barisan)”, “safy/saffa(jernih)”
dan dari kata suffah (salah satu sudut masjid nabawi yang di tempati oleh
sebgian sahabat nabi yang ikut berhijrah ke madinah). Pemikiran masing masing
pihak itu di latar belakangi oleh obsesinya dan fenomena yang ada pada diri
suffi.
Adapun inti
dari tasawuf sendiri ialah tekun beribadah, menjauhi kemewahan dunia dan
mengasingkan diri dari manusia untuk beribadah sebagaimana para sahabat dan
ulama terdahulu melakukannya. Nabi SAW sendiri secara sufistic telah memiliki
prilaku sufi sejak dalam kehidupannya, seperti dalam perilaku atau pribadi
beliau, peristiwa dalam hidup, ibadah. Sebelum menjadi Rasul, beliau sering
berkholwat di gua hira dengan berdzikir, bertafakur untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
Untuk lebih jelas lagi
seperti yang di uraikan di bawah ini:
1.
Zaman Nabi
SAW tidak ada tasawuf, akan tetapi sikap perangainya serta dari para sahabat
telah menunjukkan sifat tasawuf.
2.
Tasawuf
muncul sebagai akibat dari ketidakselarasan kondisi social politik pada masa
setelah sahabat yang jauh dari nilai-nilai seperti masa lalu untuk kembali ke
jalan islam yang lurus dengan mendekatkan diri kepada-Nya.
3.
Lahirnya
tasawuf didorong oleh beberapa faktor:
a.
Reaksi atas
kecenderungan hidup hedonis yang mengumbar syahwat,
b.
Perkembangan
teologi yang cenderung mengedepankan rasio dan kering dari aspek
moral-spiritual,
c.
Katalisator
yang sejuk dari realitas umat yang secara politis maupun teologis didominasi
oleh nalar kekerasan,
d.
Perang politik
yang saling mengorbankan satu dengan yang lain.
Karena itu
sebagian ulama memilih menarik diri dari pergulatan kepentingan yang
mengatasnamakan agama dengan praktek-praktek yang berlumuran darah. Peri hidup
Peri hidup Rasulullah dan sahabat-sahabatnya tidak didasarkan pada nilai-nilai
material, nilai-nilai yang bersifat duniawi, misalnya mencari kekayaan pribadi,
melainkan bertumpu pada nilai-nilai ibadah, mencari keridhaan Allah SWT. Akhlak
mereka demikian tinggi, tunduk, patuh kepada Allah, tawadhu’ (merendah diri)
dan sebagainya, bagaikan tanaman padi, kian berisi kian merunduk. Peri hidup
Nabi dan para sahabatnya yang terpuji (akhlaqul karimah) tersebut antara lain:
1.
Hidup zuhud
(tidak mementingkan keduniaan).
2.
Hidup
qanaah (menerima apa adanya).
3.
Hidup taat
(senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya).
4.
Hidup
istiqamah (tetap beribadah).
5.
Hidup
mahabbah (sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, melebihi cinta kepada
dirinya dan makhluk lainnya).
6.
Hidup
ubudiah (mengabdikan diri kepada Allah).
B.
Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Pernulis
berharap kita sebagai manusia bisa memperdalam ilmu agama dan taat pada
perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan
berbagai kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari
mempelajari tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Abd-Hakim, al-Tasawuf fi Syi’r
al-Arabi,Mesir,al-Anjalu al-Misriyyah,
1954.
Kartanegara, Mulyadhi. Menyelami Lubuk Hati Tasawuf,
Jakarta, Pustaka Air Langga, 2006
Khoiri, Alwan.Dr.M.A., Damami.Moh.Drs.M.A.g.,
dkk., Akhlak
Tasawuf, Yogyakarta, Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga,
2005
Miswar. Akhlak Tasawuf Membangun Karakter Islami,
Medan, Perdana
Publishing, 2015
Munawir,Ahmad warson,
al-Munawwir : Kamus Arab – Indonesia, PP. al-
Munawwir,Yogyakarta, 1984.
Nasution, Harun, Prof. Dr., Falsafat dan Mistisme dalam
Islam, Jakarta, Bulan Bintang,1995.
Syukur, Amin, Prof. Dr., Menggugat Tasawuf, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2002.
Tamrin, Dahlan. Tasawuf Irfani, Malang, UIN Maliki, 2010
http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2011/09/sejarah-munculnya-tasawuf.html
https://dalamislam.com/akhlaq/pengertian-tasawuf
https://zulhamdiislamie.blogspot.com/2017/01/pengertian-sejarah-perkembangan-tasawuf.html
0 comments:
Post a Comment